Banyak
orang yang bergelut di dunia pendidikan namun sedikit yang benar-benar peduli
dan melakukan aksi nyata. Di kota malang Thatien Hidayati SS, M.pd membuktikan
kepeduliannya dengan mendirikan sanggar dan rumah baca Aksara.
Sanggar
dan rumah baca aksara merupakan tempat pendidikan karakter yang di dirikan oleh
Thantien bersama kawan-kawanya sesama aktivis pendidikan November 2008 lalu. Di
tempat inilah lebih dari seribu anak belajar bersama tentang nilai-nilai budi
pekerti dan ilmu pengetahuan serta mengembangkan minat bakatnya tanpa di pungut
biaya sepepeser pun.
Pengajarannya tidak hanya dalam negri, tetapi sukarelawan dari luar negri seperti rusia, korea, cina dan brazil.
Pengajarannya tidak hanya dalam negri, tetapi sukarelawan dari luar negri seperti rusia, korea, cina dan brazil.
Thantien
bercerita, sanggar ini di dirikan bersama komunitas bentukannya yang bernama Aksara
juga. Sejak duduk dibngku kuliah Thantien sangat peduli dengan dunia
pendidikan. Ia sering mengikuti pendampingan anak jalanan. Saat berada di
lapangan, ia merasa kurang puas dengan sistem pendidikan yang ada. “kok model
pendidikannya gini-gini aja. Saya benar-benar merasa kurang dengan kondisi ini.
Oleh seorang teman saya disarankan untuk membuat pendampingan sendiri. Acara
diskusipun sering kami lakukan. Namun belum juga menghasilkan langkah kongkrit.
Akhirnya, saya bersama beberapa teman lain sepakat untuk mendirikan komunitas
aksara. Dari sinilah semua dimulai,’’ bebernya pada kami.
Aktivitas
pertama yang dilakukan oleh Thantien bersama kawan-kawanya di komunitas Aksara,
Anang Setiawan, Anggi Valentinata Goenadi, Arif Irfan Fauzi dan Wasiska Iyati
adalah melakukan pendampingan di salah satu kawasan di Pandanwangi. Kehadiran
mereka di tempat itu ternyata sangat di erima oleh warga. Ia dan teman-temannya
pun semakin percaya diri.
“mimpi
saya untuk menghadirkan sanggar dan rumah baca terwujud karena saya tidak diam
saja. Saya selalu cerita ke orang-orang. Semakin banyak orang yang tahu akan
mimpi kita, maka akan semakin cepat bisa trwujud. Inila kunci yang selalu saya
pegang,” imbuh perempuan yang gemar dengan produksi film dokumenter.
Keberadaan
sanggar dan rumah baca aksara menjadi obat kerinduan bagi anak-anak ,terutama
merekayang kurang mampu. Tak heran jika jumlah anak-anak yang dibina di sanggar
itu bertambah. Dari yang mulaya hanya 35 anak, lambat laun berkembng
menjadi ribuan anak dalam kurun aktu
empat tahun. Apalagi buku-buku koleksi Aksara adalah buku berbobot yang
harganya tidak murah.
“selain
menyediakan buku, di sini anak-anak di ajarkan berbagai hal yang bermanfaat. Salah
satunya, mereka di ajarkan untuk membuat film documenter. Meski masih kecil,
mereka sudah memiliki ide yang brilliant untuk sebah film dokumeter,” tambanya.
Untuk Finansial meski tidak memiliki donator tetap bersifat independen.
Thantien mengaku selama ini tidak ada masalah. Menurutnya, Selalu ada keajaiban
ketika melakukan sesuatu dengan hati yang tulus. Salah satu bukti bukti dari
ketulusan yang berbuah manis adalah saat ia mendapatkan bangunan segar secara
Cuma-Cuma. Perpustakaan ini berlokasi di jalan
Negara No. 27 RT 2 RW 18 Kelurahan Bunulrejo Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Oleh : Nashiru setiawan 09220077
0 komentar
Tambahkan Komentar Anda